Aturan Berpacaran dalam Qur'an
Rasulullah saw. bersabda:
"Diriwayatkan daripada Abu Hurairah (ra) katanya: Nabi saw bersabda: Allah SWT telah mencatat bahwa anak Adam cenderung terhadap perbuatan zina. Keinginan tersebut tidak dapat dielakkan lagi, dimana dia akan melakukan zina mata dalam bentuk pandanga, zina mulut dalam bentuk pertuturan, zina perasaan yaitu bercita-cita dan berkeinginan mendapatkannya hingga kemaluan ikut memastikan perzinaan itu." (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, dan Ahmad)
Akibat zina (perasaan) cinta ini, maka banyak muncul perilaku yang telah dihasut syetan, malah menjadi kebanggaan tersendiri dalam masyarakat. Perilaku ikhtilah dan khalwat (berdua-duaan) menjadi hal yang lumrah. Perilaku ini dalam masyarakat dinamakan pacaran. Masalah cinta yang manusiawi menjadi tameng dan melenakan para wanita. Padahal, 'cinta'nya para pria, tentu saja lebih dari sekedar cinta yang diinginkan para wanita yang berpacaran.
Menjadi hal yang klasik, munculnya budaya pacaran yang sesungguhnya bukan pacaran melainkan perzinaan yang disebutkan dalam hadist di atas. Jika pacaran yang disebutkan awalnya untuk saling mengenal, berubah menjadi ajang pelampiasan nafsu bagi masing-masing insan manusia yang tentunya sudah digoda syetan.
Hal ini yang membuat pacaran tidak murni lagi. Islam, tidak menganjurkan pacaran, melainkan ta'aruf yang dapat menjaga izzah (nilai) masing-masing insan manusia hingga terjaga dari godaan syetan, mulai dari taraf perkenalan hingga di ijab qabul dalam pernikahan. InsyaAllah terlepas dari godaan syetan yang maha dahsyat itu.
Saat ini yang bunga tau ada pacaran dan 'pacaran'. Bedanya dimana? Keduanya diibaratkan dengan rokok. Rokok, kita tau benar-benar ga baik buat kesehatan. Orang yang kuat tentu saja akan menghindari rokok dengan sadar, seyakin-yakinnya, dan sekuat tenaga. Namun, bagi yang tak perduli, tetap saja mengkonsumsi rokok juga tak perduli dengan akibat sampingannya. Ada satu golongan lagi yang berada diantaranya, yaitu mereka yang merokok tapi tak mampu untuk berhenti. Seperti itu pula penggolongan pacaran ini. Orang yang tak mau pacaran termasuk orang-orang yang tau bahaya zina, orang yang mau pacaran termasuk orang yang tak perduli dengan bahaya zina, dan terakhir adagolongan di antara dua itu, itu yang disebut 'pacaran'.
Tentu berbeda kondisi tubuh antara yang sudah merokok dengan yang belum merokok. Begitu pula dengan yang belum pernah pacaran dan yang sudah pernah pacaran, terutama dalam hatinya.... Lebih asik kan kita punya suami/istri yang hatinya belum tersentuh oleh hati yang lain ... SubhanAllah.
So, masih pilih 'pacaran' ? Ta'aruf aja dan langsung nikah .... (copadarisebelah)
"Diriwayatkan daripada Abu Hurairah (ra) katanya: Nabi saw bersabda: Allah SWT telah mencatat bahwa anak Adam cenderung terhadap perbuatan zina. Keinginan tersebut tidak dapat dielakkan lagi, dimana dia akan melakukan zina mata dalam bentuk pandanga, zina mulut dalam bentuk pertuturan, zina perasaan yaitu bercita-cita dan berkeinginan mendapatkannya hingga kemaluan ikut memastikan perzinaan itu." (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, dan Ahmad)
Akibat zina (perasaan) cinta ini, maka banyak muncul perilaku yang telah dihasut syetan, malah menjadi kebanggaan tersendiri dalam masyarakat. Perilaku ikhtilah dan khalwat (berdua-duaan) menjadi hal yang lumrah. Perilaku ini dalam masyarakat dinamakan pacaran. Masalah cinta yang manusiawi menjadi tameng dan melenakan para wanita. Padahal, 'cinta'nya para pria, tentu saja lebih dari sekedar cinta yang diinginkan para wanita yang berpacaran.
Menjadi hal yang klasik, munculnya budaya pacaran yang sesungguhnya bukan pacaran melainkan perzinaan yang disebutkan dalam hadist di atas. Jika pacaran yang disebutkan awalnya untuk saling mengenal, berubah menjadi ajang pelampiasan nafsu bagi masing-masing insan manusia yang tentunya sudah digoda syetan.
Hal ini yang membuat pacaran tidak murni lagi. Islam, tidak menganjurkan pacaran, melainkan ta'aruf yang dapat menjaga izzah (nilai) masing-masing insan manusia hingga terjaga dari godaan syetan, mulai dari taraf perkenalan hingga di ijab qabul dalam pernikahan. InsyaAllah terlepas dari godaan syetan yang maha dahsyat itu.
Saat ini yang bunga tau ada pacaran dan 'pacaran'. Bedanya dimana? Keduanya diibaratkan dengan rokok. Rokok, kita tau benar-benar ga baik buat kesehatan. Orang yang kuat tentu saja akan menghindari rokok dengan sadar, seyakin-yakinnya, dan sekuat tenaga. Namun, bagi yang tak perduli, tetap saja mengkonsumsi rokok juga tak perduli dengan akibat sampingannya. Ada satu golongan lagi yang berada diantaranya, yaitu mereka yang merokok tapi tak mampu untuk berhenti. Seperti itu pula penggolongan pacaran ini. Orang yang tak mau pacaran termasuk orang-orang yang tau bahaya zina, orang yang mau pacaran termasuk orang yang tak perduli dengan bahaya zina, dan terakhir adagolongan di antara dua itu, itu yang disebut 'pacaran'.
Tentu berbeda kondisi tubuh antara yang sudah merokok dengan yang belum merokok. Begitu pula dengan yang belum pernah pacaran dan yang sudah pernah pacaran, terutama dalam hatinya.... Lebih asik kan kita punya suami/istri yang hatinya belum tersentuh oleh hati yang lain ... SubhanAllah.
So, masih pilih 'pacaran' ? Ta'aruf aja dan langsung nikah .... (copadarisebelah)
0 komentar:
Posting Komentar